Tulisan
ini dimuat di Harian Bisnis Indonesia, edisi Rabu 16 Januari dan Kamis 17
Januari 2013
MANTAN Dirut Merpati
Nusantara Airlines Hotasi Nababan masih ingat pertemuannya dengan Menteri BUMN
Dahlan Iskan suatu hari setelah sang menteri pulang dari Darwin, Australia.
Dahlan merespons buku
Jangan Pidanakan Perdata setebal 259 halaman yang ditulisnya.
“Hot, Anda begitu nekat
bikin buku ini,” katanya menirukan ucapan Dahlan.
Hotasi lantas mengatakan
dirinya membuat buku itu bukan hanya untuknya.
“[Buku] ini untuk banyak
orang lain termasuk Bapak,” katanya.
“Bapak lagi nimang cucu,
tiba—tiba datang surat, amplop coklat, lambang kiri Kejaksaan Agung, itu bisa
terjadi Pak,” katanya lagi.
Gamblang Hotasi
menceritakan pertemuan itu dalam sebuah forum diskusi akhir Desember tahun lalu
yang digelar oleh Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia.
Cukup banyak direksi BUMN
yang hadir dalam acara yang disponspori oleh PT Kereta Api Indonesia dan
Perumnas tersebut.
Baginya, peluang
kriminalisasi bekas pimpinan perusahaan pelat merah dalam mengambil keputusan
sangat besar. Seperti apa yang dialaminya kini; menjadi terdakwa dengan tuduhan
memperkaya orang lain, mengakibatkan kerugian keuangan negara sebesar US$1 juta.
Pembelaan itu juga yang
coba diungkapkan Hotasi dalam buku Jangan Pidanakan Perdata, Menggugat Perkara
Sewa Pesawat Merpati yang terbit perdana Juni tahun lalu. Dia mengatakan menulis buku tentang kasus
korupsi yang menjerat dirinya sendiri adalah pekerjaan sangat sulit.
Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar